BatasJogja – Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman mencatat sebanyak 97 ribu populasi ternak di Sleman dalam kondisi rentan.
Adapun populasi ternak yang tergolong rentan antara lain 2,8 ribu ekor sapi perah, 26,3 ribu ekor sapi potong, 24,6 ekor kambing, 39,1 ekor domba, 3,8 ribu ekor babi, dan 137 ekor kerbau.
Kepala DP3 Sleman, Suparmono menyampaikan jika di Kabupaten Sleman telah terjadi 317 kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dengan rincian kasus aktif sebanyak 282 kasus, dan sembuh sebanyak 32 ekor sedangkan 3 ekor dinyatakn mati.
Pihaknya sebelumnya juga telah merespon Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor 04025/pk.320/f/12/2024 tanggal 4 Desember perihal kesiapsiagaan terhadap peningkatan Kasus Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) karena perubahan musim dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN).
“Kami telah melakukan tindakan pengendalian berupa peningkatan surveilans dan investigasi, pengambilan sampel dan pengajuan untuk mengidentifikasi sumber penularan faktor risiko epidemiologi penyakit dan penyebab kematian ternak,” katanya pada Rabu (1/1/2025).
Suparmono menyampaian jika pihaknya telah bekerjasama dengan berbagai pihak terkait. “Kami bekerjasama dengan BBVet Wates,” katanya.
“Selain itu petugas juga dengan cepat merespon dan melaporkan kejadian/kasus hewan ternak sakit/terduga sakit dan mati di lapangan ke iSIKHNAS dan meminta kepada masyarakat/peternak untuk melaporkan hewan sakit/terduga sakit dan mati kepada petugas,” imbuhnya.
Pihaknya juga telah meminta agar para peternak untuk meningkatkan Komunikasi Informasi, dan Edukasi (KIE) guna meningkatkan biosecurity kepada kandang-kandangnya dengan cara ditutup bagi yang kandangnya ditemukan hewan yang sakit atau terduga sakit.
“Itu juga (KIE) diterapkan kepada hewan yang keluar masuk, produk hewan, media pembawa penyakit lainya, serta pedagang ternak sampai kasus dinyatakan selesai,” katanya.
Pihaknya juga telah melakukan vaksinasi PMK sejak tahun 2022 hingga tahun 2024. Kabupaten Sleman juga telah mendapatkan bantuan vaksin PMK sebanyak 10 botol melalui bantuan pemerintah dari 50 botol yang diberikan kepada Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia (APPSI) “Kami sudah melakukan vaksinasi oleh petugas Puskeswan pada tanggal 29-31 Desember 2024” katanya.
“Kami juga telah melakukan surveillance pasca vaksinasi untuk mengetahui efektifitas terbentuknya antibodi terhadap PMK dilaksanakan BBVet Wates dengan cara melakukan pengambilan sampel pasca vaksinasi,” ujarnya.
Tindakan lain yang dilakukan adalah dengan kegiatan penegakan diagnosa laboratorium PMK yang dilaksanakan di BBVet Wates terhadap sampel dari ternak yang menunjukkan gejala klinis dan ternak yang bergerak lintas provinsi. (BJ-2/did)